Dalam pertemuan itu, para pihak menyadari masih sendiri-sendiri melaksanakan penyelamatan orangutan. Akibatnya, tidak terdata jumlah dan kondisi populasi orangutan dan habitatnya yang terkini.
Selain itu, sulit dinilai apakah program para pihak sudah sesuai dengan Strategi dan Rencana Aksi Konservasi Orangutan Indonesia 2007-2017 dari Departemen Kehutanan. "Forum akan menjawab seberapa jauh para pihak berjalan sesuai dengan rencana aksi itu," kata Sarjono.
"Lewat forum diharapkan pula timbul kesadaran kita untuk menyelamatkan satwa-satwa asli yang juga terancam punah, seperti bekantan ( Nasalis larvatus) dan pesut mahakam (Orcaella brevirostris)," kata Kepala Pusat Penelitian Hutan Tropis Universitas Mulawarman Dr Chandradewana Boer.
Pertemuan itu menyepakati bahwa forum akan diketuai oleh Asisten Ekonomi Pembangunan dan Kesejahteraan Sosial Sekretariat Provinsi Kaltim. Gubernur, Kepala Bappeda, Kepala Bapedalda, Kepala Dinas Kehutanan Kaltim, dan unsur Departemen Kehutanan diharapkan menjadi dewan pembina.
Sementara ini terdapat 29 lembaga yang bersedia bergabung dalam forum. Unsur pemerintah yakni Dinas Perkebunan, Dinas Pertambangan dan Energi Kaltim, Balai Taman Nasional Kutai, dan Balai Konservasi Sumber Daya Alam Kaltim. Unsur usaha yakni Asosiasi Pengusaha Hutan Indonesia Kaltim, perusahaan pertambangan batu bara Indominco Mandiri dan Kaltim Prima Coal. Unsur LSM dan perguruan tinggi seperti Universitas Mulawarman, WWF, TNC, BOSF, OCSP, Bebsic, Bioma, dan Profauna.
Source: KOMPAS
laaah kok waktu saya maping di Kaltimkok ngak ketemu orang utan ya, malah ketemu ular cobra gedek banget, tapi orang kota ada mas saya ketemu heheheh orang kotanya ya Goo_blog hahahahahahah, maaf
ReplyDeletehidup kaltim...
ReplyDelete